Pasar Cermati Dinamika Politik

Pelemahan rupiah terhadap dolar AS dalam sepekan terakhir lebih disebabkan oleh reaksi pasar terhadap kampanye hitam dan berbagai praktik politik yang menghancurkan demokrasi.

Kampanye politik yang menghalalkan segala cara untuk meraih kekuasaan hanya akan melahirkan pemimpin yang tidak amanah. Pasar valuta asing (valas) dan pasar saham akan terus mencermati perilaku calon presiden (capres) dan tim suksesnya di tengah kian ketatnya elektabilitas para capres. Pelaku pasar menghendaki para elite politik mengedepankan kampanye yang cerdas dan berkualitas agar proses pilpres berlangsung jujur, adil, dan bersih. Jika elite terus melakukan kampanye hitam (black campaign) dan cara-cara kotor, pasar bisa menjatuhkan ‘sanksi’ lebih berat berupa pelemahan harga saham dan rupiah yang lebih tajam. Hal itu terungkap dalam wawancara Investor Daily dengan Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi, Sekjen Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Toto Dirgantoro, Kepala Ekonom Danareksa Research Institute Purbaya Yudhi Sadewa, dan President Director markAsia Strategic Tunggul Guntur Pasaribu. Hal senada dikemukakan Global Market Financial Analyst Manager PT Bank Internasional IndonesiaTbk (BA) Anup Kumar, Kepala Riset Universal Broker Satrio Utomo, analis UOB Securities Stefanus Susanto, pengamat properti Ali Tranghanda, serta Chief Executive Officer (CEO) Pacific Star Glen Chan. Mereka dihubungi secara terpisah di Jakarta, akhir pekan lalu.

Sepanjang pekan lalu, indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) berada dalam tren bearish. Pada perdagangan akhir pekan Qumat, 27/6), indeks ditutup melemah 27,28 poin (0,56%) ke level 4.845,13. Indeks LQ-45 turun 6,56 poin (0,79%) ke posisi 816,27, sedangkan indeks Investor33 terkoreksi 2,63 poin (0,77%) ke level 340,42. Selama sepekan lalu (23-27 Juni), asing membukukan net selling sebesar Rp 614 miliar, namun sejak awal tahun masih mencatat net buying Rp 43,6 triliun. Di sisi lain, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga dalam tren melemah. Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (BI), Jumat, rupiah terdepresiasi ke level Rp 12.103 per dolar AS dibandingkan posisi sebelumnya Rp 12.091. Sedangkan di pasar spot antarbank Jakarta, rupiah menguat dari Rp 12.011 menjadi Rp 11.995 per dolar AS.

Bisa Jebol

Menurut Sofjan Wanandi, jika capres dan tim suksesnya terus melakukan kampanye hitam, rupiah dan pasar saham bisa jebol. Kampanye hitam dapat memicu kekhawatiran yang berlebihan di kalangan pelaku pasar. Para pelaku pasar, kita Sofjan, menghendaki para elite politik, terutama capres dan tim suksesnya, mengedepankan kampanye yang cerdas dan positif agar proses pilpres berlangsung jujur, adil, dan bersih. “Pilpres seharusnya menjadi pesta rakyat. Rakyat harus merayakannya dengan gembira, bukan malah dicekoki oleh kampanye hitam,” papar dia. Sofjan Wanandi menambahkan, kampanye politik yang menghalalkan segala cara untuk meraih kekuasaan hanya akan melahirkan pemimpin yang tidak amanah, menimbulkan perpecahan, serta mengancam kesatuan dan persatuan bangsa. “Bila kampanye hitam tidak dihentikan, investor bukan hanya khawatir. Bisa-bisa, mereka juga tidak percaya terhadap penyelenggaraan pilpres dan proses demokrasi di Tanah Air. Itu bisa memicu Capital flight” tandas dia. Sekjen GPEI Toto Dirgantoro mengemukakan, para cepres harus bisa mengendalikan tim suksesnya dan turut menciptakan situasi yang kondusif. “Mereka harus menggunakan cara-cara yang sejuk dan elegan agar pilpres tidak merugikan kepentingan nasional. Jangan korbankan rakyat demi kekuasaan,” tegas dia.

Toto menjelaskan, para pembeli di luar negeri (buyer) terus mencermati perkembangan suhu politik di Tanah Air. “Malah ada yang sudah mengurangi atau menahan order sampai pemerintahan baru terbentuk Mereka wait and see untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk penyelenggaraan pilpres,” tutur dia Gejolak nilai tukar, kata Toto, sangat menganggu para eksportir, apalagi yang banyak menggunakan bahan baku impor. Untuk itu, ia meminta Bank Indonesia (BI) mengambil langkah-langkah terbaik di bidang moneter untuk mengendalikan rupiah, termasuk tidak mengeluarkan pernyataan yang dapat menimbulkan sentimen negatif di pasar. “Presiden juga harus tegas meminta menteri-menterinya yang masih aktif untuk bekerja, tidak ikut-ikutan main politik,” ujar dia. President Director markAsia Strategic Guntur Pasaribu mengakui, pelemahan rupiah akhir-akhir ini banyak dipengarui konstelasi politik yang meningkat menjelang pilpres. “Pasar menjadi lebih sensitif karena belakangan ini perebutan basis pemilih semakin ketat, apalagi banyak kampanye hitamnya,” ucap dia.

Pelemahan rupiah belakangan ini, menurut Guntur, turut dipengaruhi persaingan yang kurang sehat di antara para capres, misalnya dengan mendiskreditkan, bahkan melontarkan fitnah kepada pihak lawan. “Padahal, kampanye politik yang menghalalkan segala cara untuk meraih kekuasaan, termasuk dengan melakukan kampanye hitam, hanya akan melahirkan pemimpin yang tidak amanah,” papar dia.

Banyak Faktor

Kepala Ekonom Danareksa Research Institute Purbaya Yudhi Sadewa menjelaskan, meski tak signifikan, kampanye hitam dan tensi politik yang tinggi akhir-akhir ini turut memberikan tekanan terhadap rupiah. “Tapi saya percaya masyarakat kita lebih cerdas, sehingga kampanye hitam secara keseluruhan tidak akan membuat rupiah dan pasar saham jebol,” tegas dia. Menurut Purbaya, pelemahan rupiah disebabkan banyak hal, seperti kebutuhan dolar AS yang meningkat akibat pembayaran utang luar negeri, liburan, dan repatriasi keuntungan perusahaan-perusahaan asing ke negaranya. Itu belum termasuk kebutuhan dolar AS untuk memenuhi kegiatan impor dan adanya penarikan dana-dana asing sebagai dampak pengurangan (tapering) stimulus moneter (quantitative easing/QE) di AS. “Faktor lain yang tak bisa diabaikan adalah kebijakan Bank Indonesia (BI) yang sengaja menahan pertumbuhan ekonomi dengan cara mematok BI rate pada level tinggi, dengan alasan untuk mencegah overheating,” papar dia. Selain menghambat sektor riil, kata Purbaya, kebijakan tersebut turut mendorong keluarnya dana-dana asing dari Indonesia.

Harapan Pasar

Global Market Financial Analyst Manager BII Anup Kumar mengungkapkan, ingar-bingar politik saat ini memengaruhi pergerakan rupiah dan pasar saham. Meski demikian, pelemahan rupiah masih dalam batas normal. Anup mengakui, polling-polling mengenai elektabilitas para capres dan cawapres turut memengaruhi pasar. “Sejumlah investor akan lebih berhati-hati menjelang 9 Juli nanti. Mereka kemungkinan menjual aset di pasar, kemudian menukar hasil penjualannya ke dolar AS. Akibatnya, permintaan dolar AS meningkat,” papar dia. Meski begitu, menurut Anup, faktor politik hanya salah satu dari sejumlah faktor yang memengaruhi laju rupiah. Naiknya impor menjelang dan selama Ramadan/Lebaran, misalnya, turut menekan rupiah. Dia menambahkan, pekan ini pasar akan menunggu rilis data-data fundamental terbaru, yakni inflasi dan neraca perdagangan.

Rupiah Uji IHSG

Kepala Riset Universal Broker Satrio Utomo mengungkapkan, kinerja IHSG pekan ini takal mencerminkan reaksi pelaku pasar terhadap rupiah. Meski demikian, indeks diprediksi bergerak sideways dengan kecenderungan menguat tipis. Indeks diperkirakan menguji rentang support baru 4.750 – 4.800. Menurut Satrio Utomo, nasib rupiah pekan ini tergantung dua faktor utama. Pertama, faktor situasi politik yang memanas menjelang pilpres 9 Juli. “Pekan lalu, pasar sudah menunjukkan pelemahan kala jenjang elektabilitas kedua capres semakin tipis,” tutur dia. Faktor kedua, kata Satrio, adalah ketegangan politik di Irak yang akan berpengaruh terhadap harga minyak mentah dunia. Ulama tinggi Syiah Irak Ayatollah Ali Al Sistani, Jumat (27/6), mendesak para pemimpin politik untuk bersatu dan membentuk pemerintahan baru demi menundukkan serbuan milisi Sunni. Atas seruan tersebut, pasar minyak dunia kembali bergejolak.

Satrio menambahkan, faktor lain yang akan memengaruhi laju IHSG pekan ini adalah rilis neraca perdagangan domestik yang diperkirakan masih defisit. Hal ini berbeda dengan prediksi Menkeu Chatib Basri bahwa neraca perdagangan Mei 2014 berpotensi surplus US$ 500 juta. “Saya kira pasar harus siap dengan kemungkinan terburuk bahwa kita masih mengalami defisit lantaran tekanan terhadap rupiah yangcukup besar belakangan ini,” tandas Satrio. Di sisi lain, menurut Satrio, ada sentimen positif yang dapat memengaruhi indeks. Sentimen tersebut berasal dari hasil debat calon wakil presiden (cawapres) yang akan dihelat Minggu (29/6). Hasil debat yang sesuai harapan pasar bisa memberikan tenaga bagi indeks, sedikitnya hingga pertengahan pekan ini. Satrio menyarankan investor melirik saham-saham sektor komoditas dan perbankan, seperti ITMG, UNTR, РТВA, INCO, AALI, ADHI, WIKA BMRI, dan BBRI.

“Sektor perbankan masih defensif karena pendapatan emiten tetap tinggi di tengah gejolak ekonomi. Namun, jika terjadi rally pemilu, perhatikan saham ASII, PGAS, dan TLKM,” papar Satrio. Analis UOB Securities Stefanus Susanto mempe srkirakan IHSG pekan ini menguat tipis hingga level 4.900. Tekanan terhadap indeks berkurang, namun pada saat yang sama IHSG juga minim sentimen positif. “Sentimen negatif mungkin sudah mulai berkurang. Namun, tidak banyak juga sentimen positif baik dari dalam negeri maupun regional,” ucap Stefanus yang menyarankan investor mencermati BMRI, BBRI, BBCA, serta saham-saham sektor infrastruktur. (rid/ed)

source : Investor Daily ( 30 Juni 2014 )