RIMO Kembali Ajukan Rights Issue

JAKARTA – Setelah sempat tertunda, PT Rimo International Lestari Tbk, kembali melontarkan rencana penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) sebanyak 40,58 miliar lembar saham baru yang ditargetkan dapat menggalang dana sebesar Rp4,1 triliun.

Target dana rights issue itu menyusut dari rencana awal sebesar Rp8,1 triliun yang lantas diturunkan menjadi Rp7,52 triliun pada penghujung tahun lalu. Emiten berkode saham RIMO itu awalnya hendak menerbitkan 30,6 miliar-28,39 miliar lembar saham baru lewat rights issue.

Dalam prospektus teranyar, Rabu (21/12), manajemen RIMO menjabarkan perseroan hendak menerbitkan 40,59 lembar saham baru dengan harga penawaran sebesar Rp101 per saham. Dengan rancangan tersebut, RIMO membidik dana sebesar Rp4,1 triliun.

Rasio aksi rights issue itu sebesar 5 : 597 dengan tingkat dilusi sebesar 99,17%. Pasalnya, jumlah saham RIMO akan bertambah dari 340 juta lembar menjadi 40,93 juta lembar setelah rights issue.

Dana hasil rights issue akan digunakan perseroan untuk empat pos utama. Pertama, mengakuisisi 99,99% saham PT Hokindo Properti Investama senilai Rp3,95 triliun, membayar kewajiban persereoan Rp45 miliar, modal kerja Rp15,5 miliar, dan modal kerja Hokindo Properti Indonesia Rp50 miliar.

Setelah aksi korporasi itu, aset RIMO bakal meningkat dari Ro34,03 miliar menjadi proforma Rp4,98 triliun. Fokus bisnis pun akan bergeser dari perdangangan ritel menjadi property dan real estat.

Apabila seluruh pemegang saham menggunakan haknya, struktur kepemilikan saham RIMO setelah rights issue akan bertahan dengan porsi kepemilikan PT Inti Fikasa Sekurindo sebesar 14,89%, PT Fajar Indah Makmur Jaya 13,17%, PT Rimo Indonesia Lestari 30,29%, dan masyarakat 41,63%.

Kendati demikian, dalam prospektus tersebut, manajemen RIMO tidak mengungkap investor siaga (standby buyers) aksi korporasi itu apabila pemegang saham eksisting tidak menggunakan haknya.

Padahal awal tahun lalu, RIMO sempat memaparkan identitas 17 perusahaan yang menjadi standby buyers dalam rancangan rights issue awal.

Hingga berita ini diturunkan, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Nurhaida dan Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal II OJK Noor Rachman belum memberikan komentar terkait proposal yang diajukan RIMO sebagai dasar aksi rights issue ini.

NILAI PASAR

Direktur Utama PT MarkAsia Strategic Guntur Pasaribu menuturkanm penurunan nilai rights issue RIMO sejalan dengan perkembangan ekonomi, market value dari aset yang mengalami penurunan. Menurutnya, kondisi ekonomi pada tahun lalu, ekonomi jauh baik dari tahun ini.

“Penurunan nilai rights issue ini akan memberikan keuntungan bagi pemegang saham sebelumnya di RIMO, karena RIMO akan membeli saham hanya jadi Rp4,1 triliun, jadi ini membuat uang yang dikeluarkan RIMO menjadi lebih sedikit dibandingkan yang dulu.” Ungkapnya saat dihubungi Bisnis, Kamis (21/12) (Ana Noviani/Novita S. Simamora)

(Sumber : Harian Bisnis Indonesia terbit 22 Desember 2016)